Ketika memfasilitasi sebuah Training of Trainer Teknik Fasilitasi dengan Pendekatan Appreciative Inquiry (AI) Agustus lalu di Jakarta, salah seorang peserta menyatakan belajar AI membuatnya mendapat perspektif baru dan keluar dari belenggu pendekatan negatif. Menurut pengakuannya, selama ini ketika mendampingi kelompok masyarakat untuk mendorong perubahan, pendekatan fasilitasi yang dilakukan selalunya pendekatan berbasis masalah seperti SWOT atau pohon masalah. Jadi alih-alih mengoptimalkan kekuatan kelompok masyarakat untuk membuat perubahan atau mencapai tujuan tertentu, kelompok dan fasilitator penggerak pembangunan justru fokus pada masalah dan bagaimana cara menyelesaikannya. Akibatnya, seringkali kelompok tidak bergerak maju karena belum-belum sudah merasa terbebani dengan tantangan yang harus diselesaikan. Cerita serupa juga berulang kali Digdaya temukan ketika berinteraksi dengan penggerak pembangunan di berbagai tempat di Indonesia. Digdaya juga menyadari, banyak penggerak pembangunan yang belum familiar dengan AI, teknik fasilitasi dengan pendekatan positif atau berbasis kekuatan (strength based/ asset based).
Dengan semangat berbagi dan belajar bersama, Jumat (16/09), Digdaya meluncurkan program Instagram live bertajuk Berdaya (Belajar Bersama Digdaya). Program ini berdurasi satu jam. Berdaya edisi September yang mengusung tema fasilitasi dengan pendekatan Appreciative Inquiry ini, terdiri dari dua seri. Seri pertama berjudul “Fasilitasi dengan Pendekatan Appreciative Inquiry, Gimana Caranya?”. Berdaya yang dipandu oleh Eka Meynia, Social Media Activator Digdaya yang juga merupakan influencer kaum muda, menghadirkan narasumber Sarilani Wirawan, Co-Founder sekaligus Managing Director Digdaya.
Obrolan dibuka dengan penjelasan Sari mengenai AI. Singkatnya, AI merupakan pendekatan yang awalnya digunakan untuk pengembangan organisasi, namun dalam beberapa tahun terakhir AI juga digunakan untuk mendorong perubahan perilaku secara kolektif yang diharapkan dapat berdampak pada perubahan sosial. Selain itu, AI menekankan pentingnya eksplorasi potensi dan kekuatan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Obrolan bertambah hangat ketika Sahabat Digdaya, yang juga disapa dengan ‘SaDaya’ – ikut berdiskusi secara live. SaDaya Aris Setyawan dari Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone menceritakan tantangannya ketika menggali kekuatan kelompok dampingannya. Juga ikut berbagi, adalah , Sri Mulyani dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta. Ia bersama kelompoknya berhasil menerapkan tahapan-tahapan AI dengan menyenangkan dan mudah dipahami. Kerja sama dan komunikasi yang baik bersama timnya juga mendorong Sri dapat dengan mudah menjalankan setiap sesi fasilitasi tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Sari mengapresiasi upaya yang sudah dilakukan rekan-rekan penggerak pembangunan di lapangan sekaligus memberikan tips praktis mengaplikasikan AI.
Sebagai penutup, Sari berpesan kepada SaDaya Penggerak Pembangunan yang hendak menerapkan AI, bahwa fasilitator tidak perlu mengetahui semua jawaban. Sesi fasilitasi menjadi jembatan untuk mengetahui jawaban yang ditanyakan peserta. Tak hanya itu, fasilitator juga harus sadar bahwa setiap rencana terkadang tidak berjalan sesuai harapan. Maka, berdamailah dengan ketidakpastian. Obrolan mengenai AI akan dilanjutkan di Berdaya Seri Kedua yang akan menghadirkan peneliti sosial dari Gaia dan Anama Consulting. Harapannya tentu saja agar AI, pendekatan yang powerful untuk mendorong perubahan positif, semakin dikenal oleh penggerak pembangunan.