Mengelola kawasan konservasi dan menjalin kemitraan para pihak untuk keberhasilan pengelolaan konservasi adalah salah satu tanggung jawab pendamping masyarakat sehingga dapat mendukung pencapaian kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK). Untuk mendukung tanggung jawab tersebut, dibutuhkan kemampuan mengelola percakapan yang inklusif. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan berbagai metode fasilitasi, salah satunya dengan pendekatan Appreciative Inquiry (AI).
Pendekatan jenis ini termasuk dalam metodologi psikologi positif yang berfokus pada kekuatan dan keunikan untuk perubahan sosial. Fasilitasi menggunakan AI dianggap relevan karena terbuka terhadap inovasi, mendukung pengembangan organisasi, serta secara kolektif menggunakan kekuatan bersama untuk mengembangkan dan bergerak pada pencapaian cita-cita bersama.
Melihat pentingnya hal ini, Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE),Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengadakan Kegiatan Training of Trainer (ToT) dengan tema “Keterampilan Fasilitasi dengan Pendekatan Appreciative Inquiry” mendukung pencapaian output kegiatan Strengthen Capacity for REDD+ Implementation yang menjadi bagian dari kegiatan Technical Expert for Strengthening the Economic Enterprises of the Environmentally Friendly Community in Conservation Areas. Pelatihan yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup ini kemudian menunjuk Digdaya Citta Selaras sebagai pemateri sekaligus fasilitator.
Pelatihan yang dilakukan secara luring pada 2-4 Agustus 2022 di Hotel Mercure, Jakarta ini merupakan lanjutan dari Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi selama tiga minggu pada Agustus 2021 secara daring dengan melibatkan pendamping aktif dari 74 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal KSDAE.
Pelatihan lanjutan ini bertujuan untuk mengenal, mengalami, dan meningkatkan keterampilan untuk memfasilitasi percakapan kelompok yang inklusif dengan pendekatan Appreciative Inquiry. Tak hanya itu, setelah adanya pelatihan ini, peserta juga dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk mengelola dinamika kelompok. Pelatihan ini diikuti oleh 66 peserta yang terdiri dari 35 laki-laki dan 31 perempuan yang siap mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari selama sesi pelatihan di UPT-nya masing-masing.
Jalannya pelatihan dimulai dengan review konsep dan teori fasilitasi setelah Bimbingan Teknis (Bimtek) virtual 2021 pada hari pertama. Pada hari kedua, peserta diajak untuk mengembangkan kemampuan mendengar aktif dan bertanya efektif dalam kelas paralel. Selain itu, peserta juga diajak untuk membuat rencana fasilitasi dengan pendekatan AI. Selanjutnya pada hari ketiga, peserta mendapatkan kesempatan untuk praktik fasilitasi dengan pendekatan AI. Peserta menerapkan setiap materi yang telah diperoleh dua hari terakhir bersama kelompoknya. Pada hari keempat, akhirnya pelatihan ditutup secara resmi.
Teman baru, jejaring kerja baru, metode baru, cara fasilitasi baru… Pokoknya refresh pengetahuan!
– Slamet Tamsir
Selepas pelatihan, peserta mendapatkan kewajiban untuk berbagi ilmu teknik fasilitasi yang telah didapatkan dari kepada staf lainnya, terutama staf lapangan, serta mempraktikkannya pada kelompok binaan dalam jangka waktu tiga bulan ke depan. Dengan adanya transfer ilmu ini, peserta dapat mengeksplorasi, mengembangkan kreativitas serta kekuatan diri sebagai fasilitator, dan saja tentu memastikan tujuan konservasi hutan dapat diwujudkan bersama-sama masyarakat.